Wednesday, September 8, 2010

Mudik Alternatif

Mudik, adalah suatu kebiasaan menyenangkan yang kerap dihubungkan dengan bulan Ramadhan. Berkumpul bersama dengan keluarga besar yang membuat Idul Fitri menjadi utuh. Namun akhir-akhir ini, tingkat kemacetan dan kecelakaan yang tinggi di jalan selama proses mudik membuat kegiatan ini seolah menajdi momok yang tak dapat disingkirkan.



Pemudik dari barat (Sumatra, Jakarta dan sekitarnya) yang hendak pulang ke arah timur nampak kurang memaksimalisasikan adanya jalur alternatif lain selain Pantura. Padahal ada juga jalur selatan yang melewati Bandung yang di kilometer 66 kemudian para pemudik bisa keluar di Pintu Tol Sadang, kemudian melintasi Subang-Cikamurang-Tomo untuk kembali berbalik ke utara menuju jalan pantura dan menyatu kembali di Tol Plumbon, Cirebon.

Jalur selatan kurang populer, karena selama ini pantura dianggap sebagai jalan utama menuju kawasan di bagian timur. Para pengendara mengaku karena kebiasaannya lewat jalur pantura, melewati jalan lain hanya akan membuat bingung. Padahal jika ngotot mau ikut jalur pantura, setelah pintu tol Cikopo, polisi lalu lintas juga akan mengarahkan para pengendara untuk melewati jalur selatan. Jalur alternatif lain yang dapat diambil adalah ruas Purwakarta- Sumedang-Wado-Malangbong untuk menyatu dengan lintas selatan Jawa. Bisa juga langsung melintasi Tol Cikampek-Padalarang-Cileunyi, kemudian melintasi Nagreg menuju kota-kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

”Pemerintah mengimbau pemudik untuk mempelajari jalur- jalur alternatif itu. Sebab, berdasarkan pemantauan dari H-7 hingga H-3, tidak terdeteksi arus mudik yang berarti. Diduga pemudik pulang bersamaan setelah libur, yaitu pada hari Rabu ataupun Kamis,” juru bicara Kementerian Perhubungan, Bambang S Ervan, mengatakan.

Slamet (50), seorang karyawan, mengatakan keengganannya untuk mudik kali ini adalah tingkat kepadatannya yang terlalu tinggi. "Macet terus-terusan di jalan, berangkat sekarang juga percuma. Capek badan, capek pikiran, belum jengkelnya. Kalau sudah begitu ada mungkinnya puasa batal juga. Mendingan tetap tinggal di Jakarta, mumpung sepi." ujarnya.

Memang, mudik menjadi acara yang dinanti-nantikan oleh banyak orang ketika Ramadhan. Bahkan oleh orang yang tidak merayakan, hari libur nasional juga dimanfaatkan untuk berkunjung ke rumah saudara di luar kota. hal ini mengakibatkan padatnya lalu lintas jalan selama lebaran. Padahal, kita bisa mengatur mudik alternatif, mengapa keluarga di daerah tidak diajak saja ke Jakarta dan sekitarnya? sekalian menunjukkan kota metropolitan kebanggaan Indonesia ini, juga menikmati Jakarta yang cenderung lebih sepi. Jadi, ayo kita mudik alternatif!


Oleh : 
Ellen Budianto
915080058

Sumber:
Kompas, 8 September 2010

No comments:

Post a Comment