Tuesday, September 7, 2010

Kebiasaan Baru Mengisi Hari-hari Puasa

      Pada situs jejaring sosial Twitter, Ramadhan menempati posisi 10 besar Trending Topic yang menunjukkan Ramadhan 
      ramai dibicarakan oleh para penggunanya di Twitter.  


Pada tahun ini puasa diisi dengan hal yang sangat unik dan baru yaitu menjelajah internet. Banyak orang yang mengisi hari-hari puasa mereka dengan membuka situs-situs, blog, dan situs jejaring sosial. Sebut saja situs pertemanan yang akhir-akhir ini sedang merambah dan digunakan oleh banyak orang, Twitter.

Pada situs jejaring sosial Twitter banyak berlangsung tanya jawab seputar hal-hal yang menyangkut kebiasaan puasa dan hal-hal yang menyangkut ajaran agama Islam. Dialog Tanya jawab ini berlangsung singkat karena dibatasi 140 karakter, namun cukup untuk menjembatani keingintahuan masyarakat dan kesediaan seorang alim untuk berbagi ilmu agama.

Menurut sejumlah ahli agama dan cendekiawan Muslim, penggunaan Twitter sebagai sarana pengajaran merupakan hal yang sangat tepat. Menurut mereka dengan memanfaatkan Twitter kita tidak perlu bertemu di satu tempat khusus, kita dapat berkomunikasi dimana saja, bahkan sambil berbaring di rumah ataupun saat macet. Hal ini tentu saja sangat menguntungkan dan jauh lebih praktis.

Sulis (20) seorang mahasiswa beragama muslim saat ditanya mengenai pendapatnya mengenai hal ini mengatakan “Wah browsing internet dan membuka situs jejaring sosial memang hobi saya. Setiap pulang kuliah, sampai rumah saya biasanya langsung online. Saya sering membuka-buka Facebook, Twitter dan berbagai macam situs. Dengan aktivitas tersebut wah, alhamdulilah puasa saya jadi tidak begitu terasa.”

Sama halnya dengan Sulis, Rita (17) seorang pelajar SMA Negeri 78 mengatakan bahwa dengan online waktu puasa menjadi tidak terasa. “Dengan online waktu puasa jadi ga berasa, seru bisa chattingan sama teman-teman, bisa bertukar tips-tips puasa, dan bisa saling berbagi cerita puasa. Aku mendapatkan banyak sekali informasi.”

Banyak sekali keuntungan yang bisa kita dapatkan dari kebiasaan baru ini, namun harus selalu diingat teknologi jangan sampai memudarkan hakikat silahturahmi di dunia nyata. Globalisasi hanya fase perubahan dalam peradaban, jangan sampai manusia terseret dalam arus menyesatkan di tengah pusarannya. 



Oleh : Kristiana (915080089)
Sumber : Kompas, Jumat 3 September 2010

No comments:

Post a Comment