Pada hari Kamis pagi (16/9) Jalan RE Martadinata yang terletak di depan PLTU Tanjung Priok amblas sepanjang kurang lebih 103 meter. Hal ini tentu saja sangat mengejutkan masyarakat di sekitarnya. Badan jalan yang ambles ini merupakan peringatan dini akan ancaman yang lebih besar.
Dosen dan peneliti pada Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung, Armi Susandi, mengatakan tanah ambles di wilayah Jakarta Utara berpotensi terus berlanjut secara tiba-tiba, terutama ke lokasi-lokasi rawan di wilayah lain. Kenaikan permukaan air laut dan intrusi air laut menyumbang peranan penting dalam melapukkan tanah sehingga labil dan mudah ambles.
Sedangkan, menurut anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, M Sanusi, faktor abrasi air dan penurunan permukaan tanah adalah kondisi-kondisi yang dapat diperhitungkan dan diantisipasi sehingga alasan jalan yang baru selesai dibangun 2 bulan itu ambles tidak dapat diterima begitu saja. Apalagi, tidak terlihat adanya ikatan besi yang menjadi tulang dari jalan beton. Padahal, di setiap bangunan beton yang patah akan terlihat susunan besi yang menjadi pengikat struktur beton secara keseluruhan.
Menurut William (21), seorang mahasiswa yang tinggal di daerah Jakarta Utara, amblesnya Jalan RE Martadinata disebabkan karena beberapa faktor. “Faktor alam seperti abrasi air laut mungkin memang merupakan salah satu penyebab ambruknya Jalan RE Martadinata. Namun jika saya perhatikan, konstruksi jalan yang kurang bagus juga merupakan salah satu penyebabnya. Selain itu, pemakaian air tanah yang berlebihan juga menjadi penyebabnya” ungkapnya.
William juga angkat bicara mengenai apa yang seharusnya dilakukan pemerintah. “pemerintah harus secepat mungkin membangun kembali Jalan RE Martadinata, jangan mengulur-ngulur waktu. Namun, pemerintah harus lebih serius memilih kontraktor yang tepat, jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi. Selain itu, pemerintah harus lebih memperketat peraturan penggunaan air tanah” jelas William.
Kerusakan infrastruktur di Ibu Kota akan mengganggu kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Gangguan itu tidak hanya berdampak di Jakarta, tetapi juga seluruh Indonesia karena Jakarta adalah pusat pemerintahan. Oleh karena itu, ke depannya diharapkan pemerintah lebih memperhatikan pembangunan infrastruktur jalan dan jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi.
Kristiana (915080089)
Sumber : Kompas, Minggu, 19 September 2010
No comments:
Post a Comment