Tuesday, September 28, 2010

Ancaman Akibat Eksploitasi Air Tanah


sumber: google.com
Eksploitasi air tanah secara besar-besaran bukan hanya menyebabkan penurunan permukaan tanah, tetapi juga mengakibatkan intrusi air laut ke daratan yang akan mengancam bangunan-bangunan tinggi dan fondasi tiang-tiang bangunan tersebut. Hal ini disebabkan oleh kadar salinitas air laut yang bisa mempengaruhi pelapukan tanah disekitar bangunan. Intrusi air laut dipermukaan merupakan sebab alami, yaitu air laut yang sedang pasang.

Namun, intrusi air laut didalam permukaan tanah disebabkan oleh adanya rongga-rongga tanah yang kosong akibat penyedotan air tanah selama bertahun-tahun. Hal itu menyebabkan tanah memadat dan terjadi penurunan permukaan tanah. Didaerah pesisir rongga-rongga kosong tersebut diisi oleh air laut yang bersifat korosif yang bisa membahayakan bangunan diatasnya. Kasus ambruknya jalan RE Martadinata merupakan salah satu bentuk penurunan permukaan tanah.

Pengambilan air tanah di Jakarta saat ini mencapai 252,6juta meter kubik pertahun yang seharusnya ambang batasnya adalah 186 juta meter kubik pertahun. Selain itu masalah air tanah ini sulit diatasi akibat kurangnya lahan hijau di daerah Jakarta. Air hujan yang yang diserap  oleh lapisan tanah dangkal hanya sekitar 30 juta meter kubik pertahun, sedangkan deficit air tanah mencapai 66,65 juta kubik pertahun. Defisit inilah yang menyebabkan terjadinya intrusi air laut yang akan sulit diatasi karena sifatnya yang permanen.

Tetapi intrusi air laut ini masih bisa ditanggulangi dengan berbagai cara, antara lain membatasi penyedotan air tanah dengan pengawasan ketat, dan juga semua bangunan di Jakarta harus mempunyai sumur injeksi di lapisan air tanah dangkal dan lapisan air tanah dalam. Di kawasan Monas sendiri harus dibuat kolam penampung air atau parit disekitar pepohonannya. Dan disekitar muara sebaiknya dibuat danau-danau untuk bisa menampung air.

Pembuatan tanggul laut juga diperlukan untuk menahan kenaikan permukaan laut dan intrusi air laut  yang sudah di terapkan di China dan Belanda. Upaya-upaya tersebut bisa meningkatkan resapan air hujan kedalam tanah untuk meningkatkan cadangan air tanah. Selain itu juga bisa mencegah penurunan permukaan tanah, mencegah kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi dan juga mencegah terulangnya kejadian ambruknya jalan yang terjadi di RE Martadinata.

Asmi, seorang pedagang kaki lima didaerah Jakarta Barat, yang biasanya berdagang dijalanan mengaku takut akan terjadinya kejadian yang sama ditempat ia biasa berdagang. Walaupun tidak mengetahui persis bagaimana hal itu bisa terjadi, Asmi mengharapkan hal itu tidak akan mengganggu dagangannya. “serem juga kalau jalannya bisa ambruk, gak bisa bayangin saya kalau lagi dagang tiba-tiba jalanannya ambruk. Tapi gak ngerti juga kenapa bisa gitu” ungkapnya. Berbeda dengan Novi, seorang Ibu rumah tangga, yang mengaku tidak takut sama sekali dengan berita penurunan tanah yang kabarnya bisa membuat bangunan dan jalanan ambruk. Novi menanggap pemerintah bisa mengatasi persoalan seperti ini. 

Sumber: Kompas, Selasa 28 september 2010
Ellen Aprilianti
915080053

No comments:

Post a Comment