Tuesday, October 26, 2010

Mungkin Si Komo Sudah Sulit Berjalan Cepat

Macetnya Jakarta. Masalah klasik yang selalu menghantui Kota megapolitan nomor 1 di Indonesia ini. Dulu pernah ada kelakar berbunyi, ”Jalanan macet gara-gara si komo lewat”, padahal itu dulu. Padahal itu pada saat langit masih biru cerah tanpa asap polusi yang keterlaluan, kasarnya.

Hujan lebat yang hanya terjadi pukul 15.00-18.00, Senin (25/10) di seluruh Jakarta, telah menimbulkan kekacauan luar biasa. Banjir sedalam 30 sentimeter hingga 1,5 meter yang bermunculan di 36 titik membuat lalu lintas di jalan protokol lumpuh. Menurut pantauan Traffic Management Centre Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, 36 titik banjir itu kedalamannya mencapai 20 cm sampai di atas 1 meter di Jakarta dan Tangerang Selatan.

Wilayah banjir yang memiliki ketinggian di atas 50 cm, antara lain Jalan Kapten Tendean, Jakarta Selatan, ke arah Pancoran dan sebaliknya, ke arah Jalan Wolter Monginsidi, tertutup luapan air Sungai Krukut setinggi 1 meter. Jalan tersebut sama sekali tak bisa dilewati.
Jalan Tol Bintaro-BSD Serpong di Kilometer 8 banjir sehingga jalan tol tersebut ditutup. ”Ketinggian air di atas jalan tol mencapai 70 cm karena ada luapan air sungai di sekitar tol. Di dalam tol terjadi antre panjang sampai 4 kilometer,” kata Ajun Inspektur Satu Kasno, petugas TMC Polda Metro Jaya.

Pemakai kendaraan roda empat dialihkan melalui Pondok Aren. Jalan MH Thamrin di depan Sarinah juga tergenang air hingga setinggi 50 cm. Jalanan itu bagaikan sungai, yang bisa melewatinya hanya bus transjakarta. Menjelang petang, hampir di seluruh ruas jalan di Jakarta macet. Hingga semalam pukul 21.00, layar monitor TMC Polda Metro Jaya memperlihatkan kemacetan masih terjadi antara lain di Jalan Gatot Subroto, Slipi, Grogol, Tomang, Jenderal Sudirman, Blok M, ke arah Blok M, Cawang, Dewi Sartika, Pasar Minggu, Mampang, dan Hayam Wuruk. Namun, menjelang pukul 23.30, arus lalu lintas di Jalan Gatot Subroto-Slipi-Tomang dan Gatot Subroto-MT Haryono-Cawang- UKI, baik di jalan arteri maupun tol, mulai merambat.

Menurut Irwan, seorang karyawan swasta, kemacetan Jakarta sudah bukan lagi masalah klasik yang bisa dimaklumi, tapi harus mulai dicari dan diterapkan bagaimana solusi dan cara mengatasinya. “Banyak sekali smber daya yang terbuang percuma hanya karena pemborosan waktu yang terjadi akibat macet di jalan,” ujarnya setengah kesal.
Mungkin memang benar waktu tu kemacetan Jakarta tidak separah ini. Belakangan ini kemacetan yang sudah parah tanpa hujan diperparah dengan kondisi Jakarta yang sangat rentan siraman air. Si komo sudah bukan lewat lagi. Dia sudah memakai tongkat untuk berjalan. Atau mungkin dia malah berenang? Berhubung sebentar hujan saja Jakarta banjir dan macet.


Oleh :
Ellen Budianto
915080058

Sumber:
Harian Kompas
Selasa, 26 Oktober 2010

No comments:

Post a Comment