Langit mulai gelap, suara petirpun mulai menyambar bersaut-sautan, angin dingin mulai berhembus kencang. Tak berapa lama rintik air hujan berubah menjadi hujan deras. Hari itu lagi-lagi Jakarta diguyur hujan. Becek, genangan air mulai terlihat di seluruh jalan Ibu Kota. Begitu juga halaman disalah satu rumah daerah kalideres, Jakarta barat mulai terkena imbasnya. Hujan yang datang membawa banyak kesulitan bagi penghuni rumah tersebut. Genangan air mulai memasuki halaman rumah, bahkan terus mengalir kedalam rumah itu. sejumlah perabotan harus segera diselamatkan agar tidak terendam dan rusak karena banjir.
Itulah kegiatan Lystia dan keluarganya di saat musim hujan mulai datang. Lystia yang merupakan mahasiswi salah satu perguruan swasta di Jakarta Barat, harus mulai mengantisipasi setiap hujan datang. Jalanan yang lebih tinggi dari pada halaman rumahnya tersebut membuat aliran air selalu masuk kedalam rumahnya saat hujan tiba, ditambah lagi dengan sering mampetnya saluran air di sekitar rumahnya.
“Jangan taruh barang-barang dibawah” teriak ibunya. Teriakan itu selalu terdengar saat petir baru menggelegar di langit. Lystia bersama kakak dan ibunya mulai bahu-membahu mengangkat sejumlah perabotan rumah ke tempat yang lebih tinggi. Kulkas, televisi, dispenser, hingga lemari sepatu harus segera diangkat jika tidak ingin rusak. Walaupun sangat berat, ia harus melakukannya dengan cepat sebelum air masuk ke rumahnya. Tidak jarang juga sendal atu sepatu ikut terbawa air, jika banjirnya mulai meninggi.
Bukan hanya harus mengangkat perabotan rumah, Lystia juga harus rela untuk tidak bisa berpergian keluar menjalani aktivitasnya. “kalau hujan, yah di rumah terus, gak bisa ke mana-mana, kuliahpun gak bisa lagi. Jalanan aja sudah air semua” keluhnya. Ia juga merasakan sulitnya mendapatkan air bersih jika sudah banjir, air yang kotor masuk kedalam penampungan airnya, sehingga harus di kuras terlebih dahulu setelah banjir. Belum lagi, seringnya mati lampu jika banjir. Susah untuk beraktifitas, rumah air semua, gelap juga.
Setelah hujan berhenti, kegiatan mereka malah lebih banyak lagi. Mereka harus membersihkan air kotor yang masuk, membersihkan perbotan lain yang memang tidak bisa di angkat, dan kadang-kadang juga harus mencuci semua baju yang terendam air banjir. Besi-besi penyangga perabotan sudah terlihat berkarat, lemari-lemari mulai terlihat lapuk karena sering terkena air.
Kini saatnya mereka untuk menurunkan kembali semua barang-barang yang di angkat tadi ke tempat semula. “kelihatannya kurang kerjaan, sudah diangkat nanti diturunin lagi. Memang harus begitu, kalau tidak rumah jadi berantakan”, jelasnya. Ukuran rumah yang tidak besar, menjadi salah satu alasan mengapa mereka harus segera menata ulang barang-barangnya.
Keluarga itu juga pernah mengalami banjir besar yang pernah terjadi di Jakarta beberapa tahun lalu. Bahkan, lystia harus berjalan kaki pulang dari sekolahnya yang cukup jauh kala itu, sekitar 9 km, sedangkan ayahnya terpakasa tidak pulang karena jalanan yang tidak bisa dilewati akibat tingginya air banjir. Dan, ibunya harus sendirian mengangkat semua perabotan rumah, walaupun tidak semua terselamatkan dari banjir.
Pompa sudah mereka siapkan untuk menyedot air agar tidak masuk ke rumahnya, tapi jika pompa tersebut sedang rusak, banjir pasti akan masuk ke dalam rumah. Maka sekarang untuk lebih memudahkan, semua perabotan rumah di taruh di alas yang lebih tinggi, banjir masukpun mereka sudah siap.
Ellen Aprilianti
915080053
No comments:
Post a Comment